Bekerja di perusahaan besar, terkenal, bonafit, tentu jadi impian hampir seluruh lapisan masyarakat. Skill kita jadi berguna, pengalaman bertambah, jaringan meluas, kesejahteraan meningkat, dan tentu saja jadi lebih bangga.
Pertanyaannya, bagaimana cara kita memperoleh pekerjaan di perusahaan impian kita itu. Jelas. Terpenting dari yang paling penting dari yang kita ketahui bersama yaitu, mendaftar. Ya. Melamar pekerjaan di perusahaan impian kita tersebut.
Tetapi apakah dengan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan, lantas kita akan langsung diterima bekerja? Ahahaha, jangan bodoh. Tentu saja tidak, banyak rintangan menghadang - mengintai, mulai dari kriteria pelamar bagi perusahaan, ketentuan dan persyaratan, sampai dengan para pesaing. Sebab, kadang, jumlah peluang kerja di perusahaan tidak sebanding dengan jumlah pelamar kerjanya. Hal ini kerap terjadi apabila perusahaan penyedia lowongan merupakan incaran banyak pasang mata.
Berangkat dari kenyataan itu, aku pikir dunia kerja, layaknya juga seleksi alam. Siapa berbakat, dia yang dapat. Siapa yang kuat, dia bertahan. Kuat dalam arti banyak hal tentunya.
Padahal kalau dipikir-pikir lagi, tidak semua orang bekerja pada sebuah perusahaan, instansi, lembaga, atau semacamnya. Di Indonesia sendiri, sebanyak 8,06 juta orang berprofesi jadi wirausaha. Meski angka itu terbilang kecil. Namun dalam dasawarsa terakhir, wirausaha atau istilah kerennya entrepreneur, tengah ramai digembar-gemborkan. Pamornya, konon mengalahkan jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Baik jadi pekerja maupun wirausaha, menurut hemat aku, sama bagusnya. Asalkan, kita mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Yang artinya, apabila kita menekuni sebuah profesi, jadi guru misalnya, maka jadilah guru yang berintegritas. Memosisikan diri jadi guru yang sebenar-benarnya. Sama halnya ketika kita jadi wirausaha, berbisnis bukan asal untung. Melainkan mampu mencipta usaha yang berkelanjutan, berdaya saing, dan bermanfaat bagi banyak orang.
Dengan itu, kita tidak akan salah mengambil langkah. Pilihan kita sama baiknya, dan bergantung pada kemampuan dan cita-cita kita. Apakah bekerja di perusahaan impian, ataukah mendirikan perusahaan impian itu.
Barangkali jika boleh diklasifikasikan, ada 2 jenis manusia di dunia kerja. Yaitu: (1) Profesional, dan (2) Entrepreneur. Di lain waktu mungkin kita akan bahas secara detail mengenai 2 hal tersebut. Namun yang jelas, pembaca pasti sudah bisa menebak, di posisi mana aku memilih di antara keduanya.
Ya. Profesional. Aku memilih menjadi seorang profesional di suatu bidang. Setidaknya untuk saat ini, aku sangat ingin menekuni suatu pekerjaan, hingga aku ahli dalam bidang tersebut. Yang pada akhirnya membawaku pada sebuah keputusan, aku akan bekerja di sebuah perusahaan.
Apakah itu perusahaan impian? Entahlah, aku pun tidak yakin. Namun sekali lagi aku telah memutuskan.
Keputusan itu pulalah yang menyeretku pada pilihan-pilihan lain yang lebih sulit. Karena dibutuhkan keteguhan batin yang ekstra, saat kita harus memilih untuk melepaskan diri dari jeratan zona nyaman. Dan semua itu selalu aku kembalikan kepada diriku sendiri. Aku yang telah memilih, dan aku pula bertanggungjawab pada pilihanku.
Wirosari, 07 Agustus 2019
Khaerul A
Penulis bebas